Minggu, 25 April 2010

HIDUP MISKIN, KAYA HATI

Persoalan sosial yang terjadi di negara kita memang sebuah permasalahan yang komplek dan pelik, tentunya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, melainkan menjadi tugas seluruh warga negara yang nota bene sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.


Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah keluarga RTSM membawa dampak pada buruknya kualitas asupan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak melanjutkan studinya. Sebagian diantara mereka harus ikut banting tulang mencari nafkah untuk keluarga bahkan ada yang terpaksa menjadi anak jalanan. Semakin besar jumlah dari mereka yang harus putus sekolah tentunya akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi dan politik di masa-masa yang akan datang dan tentunya akan mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi terhadap negara.
Upaya penangganan dan penanggulangan kemiskinan tentunya membutuhkan upaya terus menerus karena kompleksitas permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang dihadapi masyarkat miskin. Dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial maka mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan jangkauan masyarakat miskin terhadap pelayanan publik, khususnya pendidikan dan kesehatan dengan bantuan seorang pendamping program.
Ketika tugas menjadi pendamping harus saya jalani, banyak hal yang dapat dipelajari dari pekerjaan ini. Dari persoalan perjuangan hidup untuk dapat keluar dari kemiskinan, memenuhi kebutuhan hidup, sampai bagaimana mempersiapkan masa depan keluarga (khususnya anak-anak mereka).
Kemiskinan adalah sebuah hal yang semua orang tentu tidak menginginkannya. Tetapi jika itu terjadi pada kita tentu kita tidak dapat menghindarinya (itu yang kira-kira pendamping dapat simpulkan dari kebersamaan dengan mereka).
Dari kehidupan RTSM bahkan pendamping dapat menyimpulkan banyak dari mereka justru merupakan pekerja keras, ini terbukti sebelum subuh mereka sudah harus bangun sementara tetangga mereka masih terlelap dengan mimpi-mimpinya. Mereka harus sudah mempersiapkan diri untuk berjuang di hari itu, yang berjualan sudah harus membuat barang dagangan sekaligus juga mempersiapkan sarapan pagi untuk keluarganya.
Bahkan kegigian seorang ibu RTSM dapat pendamping rasakan sendiri ketika dengan 5 orang anak yang masih sekolah ibu yang sudah ditinggal suaminya tersebut, saat pagi tiba harus jualan jajanan dipasar tradisional, siangnya pergi ke sawah, dan malamnya dihabiskan untuk pekerjaan sampingan (membuat jaring ikan).
Kehidupan yang keras dan penuh dengan beban ternyata tidak membuat mereka lantas putus asa dan menyalakan yang maha kuasa, mereka tetap melaulinya dengan senyum keceriaan. Saat pendamping bertemu baik pada pertemuan kelompok atau langsung ke rumahnya, mereka menyambut ramah tamah dengan segala keterbatasannya, tidak jarang dari mereka yang harus merepotkan diri hanya untuk sekedar menyediakan minuman dan kalau ada sedikit makanan satu hal lagi yang membuat mereka bahagia adalah ketika minuman dan makanan itu di cicipi oleh tamunya, tentu itu tidak banyak dimiliki oleh orang-orang yang standar ekonominya tinggi (orang kaya). Lewat pendamping mereka banyak mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan PKH ini kepada mereka, yang menurutnya program ini telah banyak membantunya dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya.
Itulah diantara sedikit pelajaran yang dapat pendamping petik dari program Pemerintah ini semoga program ini betul-betul dapat dirasakan oleh kalangan bawah (masyarakat miskin), sehingga kehidupan mereka ke depan akan lebih baik lagi, dan tingkat kemiskinan dibumi republik ini akan benar-benar berkurang dari tahun ke tahun.

(dikutip dari perjalan saya (SUNANDAR) pendamping PKH Kecamatan Kalitengah Kab. Lamongan Jawa Timur, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan)

Selanjutnya ..